Halaqoh yang ke-5 adalah “Taubat dari kesyirikan”.
Orang yang berbuat syirik, saudara sekalian, dan dia meninggal dunia tanpa bertaubat kepada Allāh, maka dosa syirik tersebut tidak akan diampuni.
Namun apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengampuni dosanya, bagaimanapun besarnya dosa tersebut.
Taubat nashūha adalah taubat yang terpenuhi didalamnya 3 syarat:
Menyesal
Meninggalkan perbuatan tersebut
Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ الله إِنَّ الله يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri (yaitu dengan berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allāh. Sesungguhnya Allāh mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar ayat 53)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّ الله يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguhnya Allāh menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai ke tenggorokan.”
(HR. Tirmidzi & Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany rahimahullāh)
Para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak semuanya lahir dalam keadaan Islam, bahkan banyak diantara mereka yang masuk Islam ketika sudah besar. Dan sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan.
Supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan, maka seseorang harus mempelajari Tauhid dan memahaminya dengan baik, mengetahui jenis-jenis kesyirikan, sehingga dia bisa menjauhi kesyirikan tersebut.
Itulah halaqah yang ke-5 dan sampai berjumpa kembali pada halaqah berikutnya.
وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين
Akhūkum,
‘Abdullāh Roy