Halaqah yang ke-10 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhāb bin Sulaiman At-Tamimi rahimahullāh.
Di sini beliau mengatakan وفيه, wa fīhi (وفيه) berarti kalau memang وفيه sebelumnya adalah kembali kepada Al-Bukhāri, maka maksud beliau وفيه di sini adalah kembali kepada Shahīh Al-Bukhāri. Meskipun nisbah yang sebelumnya (penyandaran yang sebelumnya) kepada Al-Imam Al-Bukhāri ini sebagaimana sudah kita sebutkan, ini tidak pas.
Karena ternyata yang benar dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim, tapi maksud beliau di sini وفيه maksudnya adalah di dalam Shahīh Al-Bukhāri, karena beliau menganggap sebelumnya ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhāri.
تعليقا
Dan hadīts ini adalah hadīts yang mu’allaq.
و فيه تعليقا
Di dalam shahīh Al-Bukhāri tetapi dia adalah hadīts yang mu’allaq yaitu hadīts yang dihilangkan sanadnya oleh mushanif baik sanadnya tersebut di awal saja atau sampai pada akhir sanad. Maka ini dinamakan dengan hadīts yang mu’alaq.
Misalnya: Imam Asy-Syafi’i meriwayatkan dari Imam Mālik, Imam Mālik meriwayatkan dari Nafī’, Nafī’ meriwayatkan dari Ibnu Umar, Ibnu Umar meriwayatkan dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Thayyib.
Kalau Imam Asy-Syafī’i beliau menghilangkan Mālik, kemudian mengatakan “Qāla nafī’, maka ini dinamakan dengan apa? Mu’allaq.
Atau misalnya Nafī’ juga di hilangkan oleh beliau, kemudian beliau mengatakan, “Qāla Ibnu Umar”, ini juga dinamakan apa? Mu’allaq.
Atau bahkan seandainya beliau hilangkan juga Ibnu Umar dan mengatakan, “Qāla Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam”, maka ini juga dinamakan mu’allaq.
Jadi mu’allaq bisa dihilangkan yang pertama saja, atau yang pertama dan kedua, atau yang pertama, yang kedua dan yang ketiga. Kemudian mengatakan, “Qāla Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam”, maka ini dinamakan dengan hadīts yang mu’allaq.
Dan hadīts-hadīts yang mu’allaq di dalam shahīh Al-Bukhāri ini banyak, mungkin lebih dari 1300-an, ini banyak sekali.
Dan para ulama telah mempelajari hadīts- hadīts yang mu’allaq di dalam shahīh Al-Bukhāri dan mereka mengambil kesimpulan bahwasanya hadīts-hadīts yang mu’allaq di dalam shahīh Al-Bukhāri ini bermacam-macam.
Secara umum terbagi menjadi dua, ada di antara hadīts-hadīts mu’allaq tadi yang disebutkan oleh Al-Imam Al-Bukhāri dengan jazm.
⇒ Jazm itu artinya memastikan.
Bagaimana cara memastikannya?
Mengucapkan qāla
Kalau beliau mengatakan qāla, berarti beliau sudah menjamin untuk kita jalan ini.
Beliau sudah menjamin untuk kita rawi-rawi yang beliau hilangkan tadi, itu sudah beliau jamin. Tidak ada masalah.
Meskipun beliau mengucapkan, “Qāla Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam”, loh mana rawi-rawinya? Kalau beliau mengatakan, “Qāla” berarti sudah beliau jamin, tidak usah takut.
Tetapi kalau beliau mengatakan, “Qīla” atau mengatakan, “Rūya”, diriwayatkan, dikatakan, maka ini dinamakan shighatu tamridh berarti di sini ada tamridh yaitu isyarah tentang penyakit. Nah ini harus diteliti kembali.
Terkadang shahīh terkadang tidak shahīh, nah jenis yang seperti ini yaitu hadīts-hadīts yang mu’allaq ini, kalau kita mau mentakhrij hadīts maka harus ditambah dengan kalimat ta’liqan.
Jangan antum bilang, “Ini dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhāri”, padahal dia adalah hadīts yang mu’allaq.
Kalau dia adalah hadīts yang mu’allaq di dalam shahīh Al-Bukhāri maka antum harus menambah dengan ta’liqan, “Di dalam shahīh Al-Bukhāri ta’liqan” dan rumusnya berbeda.
⇒ Kha, ta (خ ت) berarti dia adalah di dalam shahīh Bukhāri dan dia mu’allaq.
√ Kalau di shahīh Bukhāri saja, tanpa dita’liq maka dia adalah خ (kha), ini berbeda.
√ Yang ash-shahul kitāb ba’da kitābillāh maksudnya yang ada di dalam shahīh Bukhārinya. Itu yang di dalam ushulnya.
Dia adalah ahadītsul ushul (hadīts-hadīts yang merupakan ushulnya/pokok-pokoknya) itu yang di maksud.
Makanya di sini syaikh mengatakan bahwasanya وفيه تعليقا, di dalam shahīh Bukhāri dan dia adalah hadīts yang mu’allaq.
Beliau mengatakan di sini:
باب الدين يسر وقول النبي صلى الله عليه وسلم أحب الدين إلى الله الحنيفية السمحة
Di sini beliau mengatakan وقول النبي صلى الله عليه وسلم-tidak menyebutkan rawi-rawi antara Al-Imam Al-Bukhāri sampai Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Antara Al-Imam Al-Bukhāri dengan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam banyak rawi, minimal (kalau tidak salah) antara Al-Imam Al-Bukhāri dengan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang paling sedikit adalah 3 rawi.
Di sini langsung beliau mengatakan:
وقول عن النبي صلى الله عليه وسلم
Dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.